PENDAHULUAN
Sudah menjadi sunatullah bagi manusia sebagai hamba Allah
dimuka bumi yang memiliki sifat-sifat kelebihan dan kekurangan, tidak hanya
terjadi terhadap manusia saja bahkan kepada makhluk yang lain pun seperti itu.
Islam sebagai agama Tuhan yang diturunkan kemuka bumi lewat orang-orang yang
dipercaya keshalihannya oleh Tuhan untuk disebarkan di muka bumi dengan tujuan
supaya manusia kembali kefitrahnya sebagai makhluk yang menghamba kepadaNya.
Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk
Islam (QS: 110: 2), ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam
mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh
orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam
dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sedangkan ketika dinasti abbasiyah maju sebagai pimpinan,
Islam mengalami kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan teknologi yang
diambilkan dari al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat kauniyah (alam
semesta) yang dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah beberapa abad
lamanya Islam mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan pindah ke negeri
barat.
Dalam garis besarnya sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga
periode besar:
1. Periode klasik (650-1250 M) yang terdiri dari dua fase :
- Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M)
- Fase disintegrasi (1000-1250 M)
2. Periode pertengahan (1250-1800 M) dibagi ke dalam dua fase
:
- Fase kemunduran (1250-1500 M)
- Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M)
3. Periode modern (1800-seterusnya)
Ada periodisasi yang dikemukakan oleh Marshall Hodgson, yang
dikutip oleh Syafiq A. Mughni. Ia membagi sejarah Islam ke dalam tiga masa :
1. Klasik (abad ke 7-10)
2. Pertengahan (abad ke 10-15)
3. Modern (abad ke 16-20)
Oleh karena itu penulis akan lebih spesifik dalam
mengeksplorasi kemajuan dan kemunduran islam yang digambarkan sepintas diatas
pada periode klasik (650-1000 M), dan periode pertengahan (1250-1500 M) sebagai
fase kemunduran.
PEMBAHASAN
A. MASA KEMAJUAN ISLAM
(650-1000 M)
Ada beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri
khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan
penataan internal dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota
baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem
organisasi militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan
memberangus
dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi
pada masa Al-Mansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim
al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga
diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan
wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya
adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi
monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di
luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan
masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Pembentukan ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur
memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang memperoleh
pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani
Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di Damaskus. Pada perkembangannya kota Baghdad
menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama
dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Pada paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur,
Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas
penuh khalifah menjadi tugas seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala –
kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir masing – masing adalah ;
Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun
urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ;
Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan
Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi
wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi
wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama
yang mengumandangkan perang melawan Bizantium, memulai serangan dan sukses
brilian. Pada 782 pasukan Arab, mencapai Bosporus dan memaksa Ratu Irene
berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90 ribu dinar. Selama ekspedisi
inilah harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga ayahnya memberi gelar
al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi saudaranya. Kemudian
Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia Kecil, Heraklea, dan
Tyna.
Dinasti Abbasiyah terus berupaya memajukan Islam dengan
membangun hubungan internasional pada masa Harun al-Rasyid. Diantaranya
menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini Harun berkepentingan
untuk menghadapi saingannya,Bani Umayyah, di Spanyol. Menurut Richard Coke
sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah disegani di dalam maupun
di luar negeri.
FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN
ISLAM
Semua capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi
faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor
Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains yang lain adalah :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang
baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah
pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang
terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari
manapun.
2. Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi
yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti
Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh
al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur
pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan
mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu
tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi
Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan
khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep
pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara
melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan
khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata
pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah
membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk
di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
3. Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk
pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar
bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun
al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang
pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta
kebudayaan.
4. Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama,
pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah
tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang
diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam
bahasa Siriac-Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa arab.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan
yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam
Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang
menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
5. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat
penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu
pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang
mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah
yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga
penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi
khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan
terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu
pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan
kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang
hokum. Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka
Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i.
sedangkan dalam tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami
dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn
Maskawaih. Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan,
al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.
B. MASA KEMUNDURAN
ISLAM (1250-1500 M)
Kemunduran Islam di Bagdad
Masa-masa kemajuan dunia islam yang telah berjalan beberapa
abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan merambah jauh ke berbagai
belahan dunia non muslim pada akhirnya juga mengalami masa-masa kemundurannya.
Berbagai macam krisis yang sangat komplek sekali telah menerpa dunia islam.
Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi merupakan juga awal kemunduran peradaban
islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat
kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh
pasukan mongol yang di pimpin Hulagu Khan.
Bagdad yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan pengetahuan
islam, pada tahun 1258 M mendapat serbuan tentara mongol. Tentara mongol
menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Bagdad bersih dari permukaan bumi.
Dihancurkan segala pusaka dan peradaban yang telah dibuat beratus-ratus tahun
lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan
bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam sungai dajlah, sehingga berubah warna
airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri beserta keluarganya dimusnahkan
sehingga terputuslah keturunan abbasiyyah dan hancurlah kerajaannya yang telah
lama bertahta selama 500 tahun.
Kemunduran Islam di Andalusia (Spanyol)
Pada tanggal 19 juli 711 M atas permintaan putra witiza yang
kalah saingan dengan raja Roderick dalam memperebutkan kekuasaan di wilayah
Andalusia gubernur afrika utara, Musa bin Nusair mengutus Thariq bin Ziyad
untuk berangkat ke Andalusia untuk membebaskan rakyat dari tekanan raja
Roderick. Thariq membawa 7.000 pasukan yang sebagian terdiri dari orang-orang
barbar. Sedangkan raja Roderick membawa 25.000 orang tetapi pasukan sebesar ini
bisa dikalahkan oleh kaum muslimin yang bekerjasama dengan rakyat Ghatic untuk
menggulingkan kekuasaan Roderick.
Setelah mengalahkan Roderick disusul dengan daerah daerah
yang lainnya tanpa ada perlawanan yang berarti. Sehingga wilayah Andalusia
seluruhnya telah dikuasai oleh orang-orang muslim. Dibawah pimpinan Thariq
rakyat saling berdampingan baik muslim atau non muslim, arab atau non arab,
merdeka atau budak sehingga dalam pemerintahannya mengalami kemajuan yang
sangat pesat.
Ketika Bagdad dihancurkan oleh tentara mongol yang dipimpin
Hulagu Khan (anak Jenghiz Khan), sebanarnya Umayah di Andalusia juga sedang
mengalami sebuah krisis pemerintahan dimana kekuasaan Islam sudah banyak yang
terlepas karena mengalami berbagai macam faktor diantaranya mendapatkan
serangan dari tentara-tentara kaum Kristen yang tidak rela tanahnya diduduki
oleh pendatang. Satu demi satu wilayah kekuasaan islam berhasil direbut kembali
oleh kaum kristiani, kota Toledo yang menjadi pusat peradaban islam terbesar di
eropa berhasil direbut oleh Alfonso VI dan Castilia pada tahun 1085, Alfonso
VIII pada tahun 1212 berhasil merebut navas de Tolosa dan Andalusia. Pada tahun
1236 M Cordova jatuh ke tangan Ferdinan III dari Castilia, dan pada tahun 1492
M kota Granada yang menjadi satu-satunya kota yang tersisa di tangan bani
Umayah jatuh ke tangan raja Ferdinand dari Aragon yang beraliansi dengan ratu
Isabella dari Castilia.
Satu tahun (1493) setelah kemenangan tersebut dalam rangka
untuk menghilangkan symbol-simbol atau jejak-jejak Islam maka mereka menyapu
bersih kaum muslimin dengan cara dipaksa, Masjid-masjid disulap menjadi
gereja-gereja dan kebudayaan-kebudayaan islam yang tak ternilai harganya
dihancurkan dengan rasa gembira.
Kemunduran Islam di Mongol
Bangsa mongol berasal dari daerah pegungungan Mongolia yang
membentang dari asia tengah sampai Siberia utara, Tibert selatan dan Manchuria
barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang
mempunyai dua putra kembar Tatar dan Mongol. Kedua putra ini melahirkan dua
suku bangsa besar, Mongol dan Tatar. Mongol mempunyai anak beranam Ilkhan yang
melahirkan keturunan pimpinan bangsa Mongol di kemudian hari.
Mereka adalah kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa
pedalaman penduduk dan nomadic. Mereka adalah para pengembala yang hidup di
dataran luas di daratan yang luas. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai
penggembala dan pemburu, sebagaimana orang nomad mereka memiliki karankter
kasar, suka berperang, kejam.
Mayoritas mereka adalah para penyembah berhala dan penyembah
kekuatan-kekuatan ghaib seperti jin dan setan. Bangsa Mongol mengalami kemajuan
ketika di pimpin oleh Timujin yang bergelar Jenghis Khan (Raja yang perkasa).
Ketika dia memimpin bangsa Mongol banyak daerah yang ditaklukannya seperti
Cina, dan negeri-negeri Islam lainnya.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jenghiskan mulai
menyerahkan kepemimpinannya kepada anaknya yang bernama Hulagu Khan. Ia
berhasil mengalahkan pemerintahan abbasyiah yang dipimpin al-Mu’tashim dan
menghacurkan peradaban dunia islam. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan
memantapkan kekuasaannya di Bagdad selam dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan
ke Syiria dan Mesir, tetapi mereka di Mesir dikalahkan oleh pasukan mamalik
dalam perang ‘ain jalut pada tanggal 3 september 1260.
Bagdad dan daerah-daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar ayang diberikan kepada
Hulagu Khan. Ilkhan berarti Khan yang Agung. Selajutnya gelar tersebut diwarisi
oleh para keturunannya. Keturunan dari Hulagu Khan yang beragama islam adalah
Ahmad Taguder, tapi beliau mati ditangan para pembesar kerajaan yang lain.
Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja
selanjutnya pemeluk agama islam, dengan masuknya beliau, islam mengalami
kemenangan yang sangat besar terhadap agama syamanisme.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai
memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan
sastra. Ia amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan
alam seperti astronomi, kimia minerologi, metalurti dan botani. Ia membangun
semacam biara untuk para darwi, perguruan tinggi madzhab Syafi’I dan hanafi,
sebuah perpustakaan, observatorium dan gedung-gedung umum lainnya. Pada masa
pemerintahan Abu Sa’id (1317-1334 M), terjadi kelaparan yang sangat menyedihkan
dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan mala petaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh hulagu khan
terpecah-pecah setelah pemerintahan Abu Sa’id kerajaan pecahan-pecahan tersebut
ditaklukan oleh timur lenk. Penguasa islam yang terakhir dari keturunan Mongol
adalah timur lenk yang berarti timur si pincang, berbeda dengan penguasa-penguasa
islam lainya bahwa timur lenk sejak kecil sudah masuk islam. Sejak remaja dia
sudah kelihatan keberaniannya sehingga ketika tanah kelahirannya diserbu oleh
pasukan Tughluq timur khan, Timur lenk bangkit meminpin perlawanan untuk
membela nasib kaumnya yang tertindas. Ketika Timur lenk menjadi penguasa
tunggal di tanah kelahirannya, ia mulai melakukan invasi-invasi ke
wilayah-wilayah lain.
Di Afganistan ia membangun menara, yang disusun dari 2000
mayat yang dibalut dengan tanah liat. Di Isfahan, ia membantai lebih kurang
70.000 penduduk. Kepala-kepala mayat dipisahkan dari tubuhnya dan disusun
menjadi menara. Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah syiria utara. Tiga hari
lamanya aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat pyramid
setinggi 10 hasta banyak bangunan dan sekolah dihancurkan.
Sekalipun ia seorang penguasa yang sangat kejam terhadap
penentangnya, sebagai seorang muslim ia tetap memperhatikan pengembangan islam.
Konon, ia adalah penganut syiah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat
naqsyabandiyah. Dalam invasi-invasi ia selalu membawa ulama, sastrawan dan
seniman. Ulama dan ilmuan di hormatinya, dan yang menjadi heran adalah setiap
pembantaian di wilayah-wilayah yang dikuasainya ia tidak membantai para ulama
dan ilmuan bahkan ia membawa para ulama dan ilmuan tersebut ke negerinya.
Setelah kematian timur lenk pada tahun 1404. Kekuasaannya
digantikan oleh anaknya yang bernama Syah Rukh (1404), ia seorang raja yang
adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey, ia
seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Selama dua tahun memerintah ia
dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, abul latif. Kerajaan timur lenk dan
keturunannya berakhir ditangan abu sa’id, dimana ketika ia memerintah banyak
wilayah-wilayah yang ditaklukannya memisahkan diri dan banyak huru-hara di
sana-sini. Abu said sendiri terbunuh ketika berperang melawan Uzun Hasan,
pengusa Ak Koyunlu.
Kemunduran Islam di Mesir
Satu-satunya negeri islam yang selamat dari serbuan-serbuan
tentara mongol dan timur lenk, adalah Mesir. Mongol dan timur lenk tidak mampu
mengalah kan negeri mesir Karena di sana terdapat dinasti Mamalik. Mamalik
adalah jamak dari mamluk yang berarti budak. Dinasti mamlik memang didirikan
oleh para budak. Pada awalnya para budak tersebut dibebaskan dan dijadikan
tentara persisnya menjadi bodyguard (pengawal) para raja pada masa pemerintahan
ayyubiyah karena prestasi yang diraihnya sangat besar maka para raja banyak
mengambil para budak sebagai tentara.
Penguasa ayyubiyah yang terakhir al-Malik al-shalih meninggal
(1249), kemudian digantikan oleh anaknya bernama Turansyah. Golongan mamalik
merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara kurdi, sehingga
para mamalik merencanakan pembunuhan kepada Turansyah dibawah pimpinan Aybak
dan Baybars, keduanya berhasil membunuh Turansyah. Atas kesepakatan mamalik,
istrinya (Syajar al-Durr) al-Malik menjadi raja menggantikan Turansyah selama
80 hari, kemudian ia menikah dengan aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinanya
kepada suaminya.
Dinasti mamalik mengalami perkembangan yang sangat pesat
ketika dipimpin oleh baybars, ia seorang pimpinan militer yang tangguh dan
cerdas. Pada masa ini banyak para ilmuan yang muncul baik ilmu pasti, umum
ataupun agama. Diantra para ilmuan tersebut, Ibn Khaldun, Ibn Hajr al-Asqalani,
Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah.
Kemunduran dinasti mamalik disebabkan karena para sultan
tidak lagi memperhatikan kesejahtraan rakyatnya mereka lebih mementingkan
dirinya sendiri, menerapkan pajak yang sangat memberatkan rakyat.
FENOMENA (al-z}awa>hir) ZAMAN KEMUNDURAN
Ada beberapa fenomena yang terjadi pada masa kemunduran :
1. Epidemi (penyakit)
2. Kerusakan ekonomi terutama dalam bidang pertanian yang
disebabkan oleh Mongol itu sendiri.
3. Tingkat originalitas keilmuan sangat sedikit
4. Pengaruh tarekat
FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN ISLAM
Kemajuan-kemajaun yang telah berabad-abad lamanya dibangun,
runtuh begitu mudahnya disebabkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggung
jawab.
Factor kemunduran islam terbagi kepada dua factor :
1. Faktor internal
• Keruntuhan islam sering disebabkan oleh para pemimpin yang
tidak bertanggungjawab.
• Pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang
mengincar kekuasaan.
• Kemungkinan terjadinya desentralisasi dan pembagian
kekuasaan didaerah-daerah.
• Menerapkan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang
dibebankan kepada semua rakyat, tak terkecuali.
• Garis perpecahan antara arab dan non arab, muslim arab dan
muslim non arab, antara muslim dengan kaum dzimmi.
• Menurunnya stabilitas keamanan dan bangunan yang tidak
terperhatikan sehingga sering terjadi banjir yang membawa malapetaka.
• Banyaknya orang kelaparan yang tidak diperhatikan
• Wabah penyakit sering muncul seperti cacar, pes, malaria
dan sejenis demam lainnya.
• Serangan al-Ghazali (w. 1111) terhadap para filosuf dan
ilmuwan, yang menyerang rasionalisme dan mengajukan tasawuf sebagai alternative
yang paling mungkin untuk menjadi jalan hidup dan penemuan kebenaran agama.
Al-Ghazali sangat berpengaruh di dunia Islam, sunni khususnya, sehingga
mengakibatkan minat orang terhadap falsafah dan ilmu pengetahuan menjadi lemah.
Factor eksternal
Penyebab eksternal sebagaimana berikut :
• Pengaruh negative dari aliran-aliran alam pikiran Islam periode
sebelumnya
• Pengaruh perang bumi hangus yang dilancarkan oleh bangsa
Tartar dari Timur dan serangan
Tentara Salib Nasrani dari Barat.
C.MASA TIGA KERAJAAN
BESAR (1500-1800 M)
1. Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini bernama UsmanI, seorang bangsa Turki
dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar
keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota
Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya.
Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropah seperti
Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara
tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356.Pada masa Sultan Murad I (1359-1389)
Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru,
kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian
utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke eropah,
Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropah
disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh
Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad
I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropah tersebut. Hanya sayang
Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam
pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh.Dengan
ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai
diselematkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II
(1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan muhammad Al
Fatih . Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel
ditaklukkan (1453 M).Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa
Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan
Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia;
Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugaslapia,
Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropah. Untuk mengatur pemerintahan Negara
disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al
–Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al
Qanuni.”Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih mempokuskan kepada bidang
politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan
daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentunhya kelompok militer
baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat
mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek
misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah
sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan
kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad
Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya
Sopia yang awalnya adalah bangunan gEreja.Dalam bidang keagamaan, perhatian
sultan cukup besar. Patwa-patwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan
Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan
fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi
Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.Selama kurang lebih 9
abad kerajan Usamani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Budaya pungl
iSetiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus
“dibayar” dengansogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut,
sehinggamenyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.
b. Pemberontakan tentara JenissariKemajuan ekspansi kerajan
Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari. Maka dapat
dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada
pemerintah.
c. Kemorosotan ekonomiIni disebabkan perang yang
berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara
belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
d. Wilayah kekuasaan yang sangat luasTerlalu luasnya wilayah
kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol.Dipihak lain, para penguasa
sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat
perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak
potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.
e. Kelemahan penguasaSepeninggal Sulaimanal al-Qanuni,
kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang
kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.
2. Kerajaan safawi di Persia
Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan
pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan.
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam
Syi’ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai
peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini
lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama’ah atau
murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam
kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain
syi’ah.Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan
politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash
(baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama
kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota
Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah
Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent).Kerajaan Safawi
mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I . Pada masa
pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani
seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat
menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan
Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya.Kemajuan Sapawi
bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan, Pada
masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis
ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir
Ibnu Muhammad Damad, seorang filosop, ahli sejarah, teolog dan seorang yang
pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah.Bidang fisik dan seni,
para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi
kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah sakit,
sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun.
Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti
keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal
Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein
(1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang
pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang
pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja
yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga
menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya.Sedangkan Husein adalah
seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi’ah dan
Kejam terhadap penganut Sunni.Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan
Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan dengan kerajaan
Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesart kerajaan, dan juga
konplik interen di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.
3. Kerajan Mughal di India
Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai
Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi.
Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk.
Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah
pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan
raja Ismail I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul,
ibukota Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat
ditaklukkannya.Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya
Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah
yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga
perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.Akbar (1556-1606 M)
dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga
Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin
menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi.
Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua
rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M)
dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb
(1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak
dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan MughalBeberapa kemajuan kerajaan
Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang,
tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan
celupan.Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat
ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan
Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana
indah di Lahore.Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada
beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858
antara lain:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga
tidak bisa memantaugerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai.
Begitu pula kekuatanpasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam
mengoperasikapersenjataan buatannya sendiri.
b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar
kerajaan yangmengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang.
c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan
ide-idenya yangmenyebabkan terjadinya konplik antara agama, misalnya aliran
Syikh, Syi’ahdan sunni.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir kekuasaan
Mughal adalahorang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan
C.
Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan
Islam pada Abad Pertengahan
Ada
banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah
perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.
- Sejarah merupakan pelajaran bagi
manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum muslim yang
membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak terulang lagi.
Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk
memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun
politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata
kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta
senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan
Hadis.
- Umat Islam harus mengambil
pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal dibandingkan
dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian
mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam.
Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan Semenanjung Balkan
selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya
- Keberadaan cendekiawan pada masa
perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu
Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus
mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan
tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu
membawa rahmat bagi seluruh dunia.
D.
Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan
terhadap Umat Islam Indonesia
Jauh
sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu
dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan
dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam
bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain
seperti di bawah ini.
- Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya
kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi
dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam
(Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin,
Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
- Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan
Seni
Kebiasaan
yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara
tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai
seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga
melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di
Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah
Timur Tengah.
- Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh
inin dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada
kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore
- Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah
pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang
menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau
amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim,
piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin
berkembang
KESIMPULAN
Dari gambaran diatas penulis dapat mengambil sebuah konklusi
bahwa :
1. Kemajuan pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan
perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada. Masa kemajuan kita kenal dengan
masa keemasan yang puncaknya terjadi pada dinasti abbasiyah (650-1000 M).
2. Beberapa factor yang mendorong kemajuan Islam, yaitu :
terjdinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, pluralistic dalam
pemerintahan dan politik, stabilitas pertumbuhan ekonomi dan politik, gerakan
penterjemahan dan berdirinya perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat
penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan.
3. Islam bagaikan roda berputar, adakalanya dibawah dan
adakalanya diatas, begitu pula yang terjadi pada perkembangan Islam. Ada
kemajuan pasti ada kemunduran. Tetapi kemajuan ini telah dihancurkan oleh orang
Islam sendiri dengan prilakunya yang tidak mencerminkan sebagai seorang muslim.
Seorang pembaharu islam dari mesir mengatakan “isla>m mahju>bun li
al-muslim” (islam itu tertutupi oleh orang islam sendiri). Masa kemunduran
(1250-1500 M) terkait dengan bangsa Mongol dan dinasti Ilkhan, serangan Timur
lenk dan dinasti Mamalik di Mesir.
4. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam
adalah adanya factor internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
merosotnya ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada masa Abbasiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar