Minggu, 25 Maret 2012

Perkembangan Islam Abad Pertengahan






PENDAHULUAN

Sudah menjadi sunatullah bagi manusia sebagai hamba Allah dimuka bumi yang memiliki sifat-sifat kelebihan dan kekurangan, tidak hanya terjadi terhadap manusia saja bahkan kepada makhluk yang lain pun seperti itu. Islam sebagai agama Tuhan yang diturunkan kemuka bumi lewat orang-orang yang dipercaya keshalihannya oleh Tuhan untuk disebarkan di muka bumi dengan tujuan supaya manusia kembali kefitrahnya sebagai makhluk yang menghamba kepadaNya.
Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sedangkan ketika dinasti abbasiyah maju sebagai pimpinan, Islam mengalami kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan teknologi yang diambilkan dari al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah beberapa abad lamanya Islam mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan pindah ke negeri barat.
Dalam garis besarnya sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode besar:
1. Periode klasik (650-1250 M) yang terdiri dari dua fase :
- Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M)
- Fase disintegrasi (1000-1250 M)
2. Periode pertengahan (1250-1800 M) dibagi ke dalam dua fase :
- Fase kemunduran (1250-1500 M)
- Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M)
3. Periode modern (1800-seterusnya)
Ada periodisasi yang dikemukakan oleh Marshall Hodgson, yang dikutip oleh Syafiq A. Mughni. Ia membagi sejarah Islam ke dalam tiga masa :
1. Klasik (abad ke 7-10)
2. Pertengahan (abad ke 10-15)
3. Modern (abad ke 16-20)
Oleh karena itu penulis akan lebih spesifik dalam mengeksplorasi kemajuan dan kemunduran islam yang digambarkan sepintas diatas pada periode klasik (650-1000 M), dan periode pertengahan (1250-1500 M) sebagai fase kemunduran.

PEMBAHASAN

A. MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M)
Ada beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan penataan internal dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem organisasi militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan memberangus
dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi pada masa Al-Mansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Pembentukan ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang memperoleh pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di Damaskus. Pada perkembangannya kota Baghdad menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Pada paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur, Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas penuh khalifah menjadi tugas seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala – kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir masing – masing adalah ; Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ; Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama yang mengumandangkan perang melawan Bizantium, memulai serangan dan sukses brilian. Pada 782 pasukan Arab, mencapai Bosporus dan memaksa Ratu Irene berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90 ribu dinar. Selama ekspedisi inilah harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga ayahnya memberi gelar al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi saudaranya. Kemudian Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia Kecil, Heraklea, dan Tyna.
Dinasti Abbasiyah terus berupaya memajukan Islam dengan membangun hubungan internasional pada masa Harun al-Rasyid. Diantaranya menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini Harun berkepentingan untuk menghadapi saingannya,Bani Umayyah, di Spanyol. Menurut Richard Coke sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah disegani di dalam maupun di luar negeri.

FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN ISLAM
Semua capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains yang lain adalah :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.
2. Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
3. Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.
4. Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac-Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
5. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang hokum. Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i. sedangkan dalam tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih. Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.
B. MASA KEMUNDURAN ISLAM (1250-1500 M)
Kemunduran Islam di Bagdad
Masa-masa kemajuan dunia islam yang telah berjalan beberapa abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan merambah jauh ke berbagai belahan dunia non muslim pada akhirnya juga mengalami masa-masa kemundurannya. Berbagai macam krisis yang sangat komplek sekali telah menerpa dunia islam. Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi merupakan juga awal kemunduran peradaban islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan mongol yang di pimpin Hulagu Khan.
Bagdad yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan pengetahuan islam, pada tahun 1258 M mendapat serbuan tentara mongol. Tentara mongol menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Bagdad bersih dari permukaan bumi. Dihancurkan segala pusaka dan peradaban yang telah dibuat beratus-ratus tahun lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam sungai dajlah, sehingga berubah warna airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri beserta keluarganya dimusnahkan sehingga terputuslah keturunan abbasiyyah dan hancurlah kerajaannya yang telah lama bertahta selama 500 tahun.

Kemunduran Islam di Andalusia (Spanyol)
Pada tanggal 19 juli 711 M atas permintaan putra witiza yang kalah saingan dengan raja Roderick dalam memperebutkan kekuasaan di wilayah Andalusia gubernur afrika utara, Musa bin Nusair mengutus Thariq bin Ziyad untuk berangkat ke Andalusia untuk membebaskan rakyat dari tekanan raja Roderick. Thariq membawa 7.000 pasukan yang sebagian terdiri dari orang-orang barbar. Sedangkan raja Roderick membawa 25.000 orang tetapi pasukan sebesar ini bisa dikalahkan oleh kaum muslimin yang bekerjasama dengan rakyat Ghatic untuk menggulingkan kekuasaan Roderick.
Setelah mengalahkan Roderick disusul dengan daerah daerah yang lainnya tanpa ada perlawanan yang berarti. Sehingga wilayah Andalusia seluruhnya telah dikuasai oleh orang-orang muslim. Dibawah pimpinan Thariq rakyat saling berdampingan baik muslim atau non muslim, arab atau non arab, merdeka atau budak sehingga dalam pemerintahannya mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Ketika Bagdad dihancurkan oleh tentara mongol yang dipimpin Hulagu Khan (anak Jenghiz Khan), sebanarnya Umayah di Andalusia juga sedang mengalami sebuah krisis pemerintahan dimana kekuasaan Islam sudah banyak yang terlepas karena mengalami berbagai macam faktor diantaranya mendapatkan serangan dari tentara-tentara kaum Kristen yang tidak rela tanahnya diduduki oleh pendatang. Satu demi satu wilayah kekuasaan islam berhasil direbut kembali oleh kaum kristiani, kota Toledo yang menjadi pusat peradaban islam terbesar di eropa berhasil direbut oleh Alfonso VI dan Castilia pada tahun 1085, Alfonso VIII pada tahun 1212 berhasil merebut navas de Tolosa dan Andalusia. Pada tahun 1236 M Cordova jatuh ke tangan Ferdinan III dari Castilia, dan pada tahun 1492 M kota Granada yang menjadi satu-satunya kota yang tersisa di tangan bani Umayah jatuh ke tangan raja Ferdinand dari Aragon yang beraliansi dengan ratu Isabella dari Castilia.
Satu tahun (1493) setelah kemenangan tersebut dalam rangka untuk menghilangkan symbol-simbol atau jejak-jejak Islam maka mereka menyapu bersih kaum muslimin dengan cara dipaksa, Masjid-masjid disulap menjadi gereja-gereja dan kebudayaan-kebudayaan islam yang tak ternilai harganya dihancurkan dengan rasa gembira.

Kemunduran Islam di Mongol
Bangsa mongol berasal dari daerah pegungungan Mongolia yang membentang dari asia tengah sampai Siberia utara, Tibert selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar Tatar dan Mongol. Kedua putra ini melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tatar. Mongol mempunyai anak beranam Ilkhan yang melahirkan keturunan pimpinan bangsa Mongol di kemudian hari.
Mereka adalah kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pedalaman penduduk dan nomadic. Mereka adalah para pengembala yang hidup di dataran luas di daratan yang luas. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai penggembala dan pemburu, sebagaimana orang nomad mereka memiliki karankter kasar, suka berperang, kejam.
Mayoritas mereka adalah para penyembah berhala dan penyembah kekuatan-kekuatan ghaib seperti jin dan setan. Bangsa Mongol mengalami kemajuan ketika di pimpin oleh Timujin yang bergelar Jenghis Khan (Raja yang perkasa). Ketika dia memimpin bangsa Mongol banyak daerah yang ditaklukannya seperti Cina, dan negeri-negeri Islam lainnya.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jenghiskan mulai menyerahkan kepemimpinannya kepada anaknya yang bernama Hulagu Khan. Ia berhasil mengalahkan pemerintahan abbasyiah yang dipimpin al-Mu’tashim dan menghacurkan peradaban dunia islam. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Bagdad selam dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir, tetapi mereka di Mesir dikalahkan oleh pasukan mamalik dalam perang ‘ain jalut pada tanggal 3 september 1260.
Bagdad dan daerah-daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar ayang diberikan kepada Hulagu Khan. Ilkhan berarti Khan yang Agung. Selajutnya gelar tersebut diwarisi oleh para keturunannya. Keturunan dari Hulagu Khan yang beragama islam adalah Ahmad Taguder, tapi beliau mati ditangan para pembesar kerajaan yang lain. Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya pemeluk agama islam, dengan masuknya beliau, islam mengalami kemenangan yang sangat besar terhadap agama syamanisme.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia minerologi, metalurti dan botani. Ia membangun semacam biara untuk para darwi, perguruan tinggi madzhab Syafi’I dan hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium dan gedung-gedung umum lainnya. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1334 M), terjadi kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan mala petaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh hulagu khan terpecah-pecah setelah pemerintahan Abu Sa’id kerajaan pecahan-pecahan tersebut ditaklukan oleh timur lenk. Penguasa islam yang terakhir dari keturunan Mongol adalah timur lenk yang berarti timur si pincang, berbeda dengan penguasa-penguasa islam lainya bahwa timur lenk sejak kecil sudah masuk islam. Sejak remaja dia sudah kelihatan keberaniannya sehingga ketika tanah kelahirannya diserbu oleh pasukan Tughluq timur khan, Timur lenk bangkit meminpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Ketika Timur lenk menjadi penguasa tunggal di tanah kelahirannya, ia mulai melakukan invasi-invasi ke wilayah-wilayah lain.
Di Afganistan ia membangun menara, yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan tanah liat. Di Isfahan, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala mayat dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah syiria utara. Tiga hari lamanya aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat pyramid setinggi 10 hasta banyak bangunan dan sekolah dihancurkan.
Sekalipun ia seorang penguasa yang sangat kejam terhadap penentangnya, sebagai seorang muslim ia tetap memperhatikan pengembangan islam. Konon, ia adalah penganut syiah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat naqsyabandiyah. Dalam invasi-invasi ia selalu membawa ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuan di hormatinya, dan yang menjadi heran adalah setiap pembantaian di wilayah-wilayah yang dikuasainya ia tidak membantai para ulama dan ilmuan bahkan ia membawa para ulama dan ilmuan tersebut ke negerinya.
Setelah kematian timur lenk pada tahun 1404. Kekuasaannya digantikan oleh anaknya yang bernama Syah Rukh (1404), ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey, ia seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Selama dua tahun memerintah ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, abul latif. Kerajaan timur lenk dan keturunannya berakhir ditangan abu sa’id, dimana ketika ia memerintah banyak wilayah-wilayah yang ditaklukannya memisahkan diri dan banyak huru-hara di sana-sini. Abu said sendiri terbunuh ketika berperang melawan Uzun Hasan, pengusa Ak Koyunlu.

Kemunduran Islam di Mesir
Satu-satunya negeri islam yang selamat dari serbuan-serbuan tentara mongol dan timur lenk, adalah Mesir. Mongol dan timur lenk tidak mampu mengalah kan negeri mesir Karena di sana terdapat dinasti Mamalik. Mamalik adalah jamak dari mamluk yang berarti budak. Dinasti mamlik memang didirikan oleh para budak. Pada awalnya para budak tersebut dibebaskan dan dijadikan tentara persisnya menjadi bodyguard (pengawal) para raja pada masa pemerintahan ayyubiyah karena prestasi yang diraihnya sangat besar maka para raja banyak mengambil para budak sebagai tentara.
Penguasa ayyubiyah yang terakhir al-Malik al-shalih meninggal (1249), kemudian digantikan oleh anaknya bernama Turansyah. Golongan mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara kurdi, sehingga para mamalik merencanakan pembunuhan kepada Turansyah dibawah pimpinan Aybak dan Baybars, keduanya berhasil membunuh Turansyah. Atas kesepakatan mamalik, istrinya (Syajar al-Durr) al-Malik menjadi raja menggantikan Turansyah selama 80 hari, kemudian ia menikah dengan aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinanya kepada suaminya.
Dinasti mamalik mengalami perkembangan yang sangat pesat ketika dipimpin oleh baybars, ia seorang pimpinan militer yang tangguh dan cerdas. Pada masa ini banyak para ilmuan yang muncul baik ilmu pasti, umum ataupun agama. Diantra para ilmuan tersebut, Ibn Khaldun, Ibn Hajr al-Asqalani, Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah.
Kemunduran dinasti mamalik disebabkan karena para sultan tidak lagi memperhatikan kesejahtraan rakyatnya mereka lebih mementingkan dirinya sendiri, menerapkan pajak yang sangat memberatkan rakyat.


FENOMENA (al-z}awa>hir) ZAMAN KEMUNDURAN
Ada beberapa fenomena yang terjadi pada masa kemunduran :
1. Epidemi (penyakit)
2. Kerusakan ekonomi terutama dalam bidang pertanian yang disebabkan oleh Mongol itu sendiri.
3. Tingkat originalitas keilmuan sangat sedikit
4. Pengaruh tarekat

FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN ISLAM
Kemajuan-kemajaun yang telah berabad-abad lamanya dibangun, runtuh begitu mudahnya disebabkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab.
Factor kemunduran islam terbagi kepada dua factor :
1. Faktor internal
• Keruntuhan islam sering disebabkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggungjawab.
• Pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengincar kekuasaan.
• Kemungkinan terjadinya desentralisasi dan pembagian kekuasaan didaerah-daerah.
• Menerapkan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang dibebankan kepada semua rakyat, tak terkecuali.
• Garis perpecahan antara arab dan non arab, muslim arab dan muslim non arab, antara muslim dengan kaum dzimmi.
• Menurunnya stabilitas keamanan dan bangunan yang tidak terperhatikan sehingga sering terjadi banjir yang membawa malapetaka.
• Banyaknya orang kelaparan yang tidak diperhatikan
• Wabah penyakit sering muncul seperti cacar, pes, malaria dan sejenis demam lainnya.
• Serangan al-Ghazali (w. 1111) terhadap para filosuf dan ilmuwan, yang menyerang rasionalisme dan mengajukan tasawuf sebagai alternative yang paling mungkin untuk menjadi jalan hidup dan penemuan kebenaran agama. Al-Ghazali sangat berpengaruh di dunia Islam, sunni khususnya, sehingga mengakibatkan minat orang terhadap falsafah dan ilmu pengetahuan menjadi lemah.

Factor eksternal
Penyebab eksternal sebagaimana berikut :
• Pengaruh negative dari aliran-aliran alam pikiran Islam periode sebelumnya
• Pengaruh perang bumi hangus yang dilancarkan oleh bangsa Tartar dari Timur dan serangan Tentara Salib Nasrani dari Barat.
C.MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800 M)
1. Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini bernama UsmanI, seorang bangsa Turki dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya. Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropah seperti Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356.Pada masa Sultan Murad I (1359-1389) Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru, kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke eropah, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropah disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropah tersebut. Hanya sayang Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh.Dengan ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai diselematkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan muhammad Al Fatih . Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel ditaklukkan (1453 M).Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugaslapia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropah. Untuk mengatur pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al –Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al Qanuni.”Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih mempokuskan kepada bidang politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentunhya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya Sopia yang awalnya adalah bangunan gEreja.Dalam bidang keagamaan, perhatian sultan cukup besar. Patwa-patwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.Selama kurang lebih 9 abad kerajan Usamani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Budaya pungl
iSetiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengansogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut, sehinggamenyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.
b. Pemberontakan tentara JenissariKemajuan ekspansi kerajan Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari. Maka dapat dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada pemerintah.
c. Kemorosotan ekonomiIni disebabkan perang yang berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
d. Wilayah kekuasaan yang sangat luasTerlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol.Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.
e. Kelemahan penguasaSepeninggal Sulaimanal al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.
2. Kerajaan safawi di Persia
Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam Syi’ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama’ah atau murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain syi’ah.Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash (baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent).Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I . Pada masa pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya.Kemajuan Sapawi bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan, Pada masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad, seorang filosop, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah.Bidang fisik dan seni, para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya.Sedangkan Husein adalah seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi’ah dan Kejam terhadap penganut Sunni.Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesart kerajaan, dan juga konplik interen di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.
3. Kerajan Mughal di India
Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya.Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.Akbar (1556-1606 M) dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan MughalBeberapa kemajuan kerajaan Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan.Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858 antara lain:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa memantaugerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu pula kekuatanpasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam mengoperasikapersenjataan buatannya sendiri.
b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar kerajaan yangmengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang.
c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yangmenyebabkan terjadinya konplik antara agama, misalnya aliran Syikh, Syi’ahdan sunni.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir kekuasaan Mughal adalahorang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan
C. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan
Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.
  1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.
  2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan Semenanjung Balkan selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya
  3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
D. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.
  1. Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
  1. Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.
  1. Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh inin dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore
  1. Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang
KESIMPULAN
Dari gambaran diatas penulis dapat mengambil sebuah konklusi bahwa :
1. Kemajuan pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada. Masa kemajuan kita kenal dengan masa keemasan yang puncaknya terjadi pada dinasti abbasiyah (650-1000 M).
2. Beberapa factor yang mendorong kemajuan Islam, yaitu : terjdinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, pluralistic dalam pemerintahan dan politik, stabilitas pertumbuhan ekonomi dan politik, gerakan penterjemahan dan berdirinya perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan.
3. Islam bagaikan roda berputar, adakalanya dibawah dan adakalanya diatas, begitu pula yang terjadi pada perkembangan Islam. Ada kemajuan pasti ada kemunduran. Tetapi kemajuan ini telah dihancurkan oleh orang Islam sendiri dengan prilakunya yang tidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Seorang pembaharu islam dari mesir mengatakan “isla>m mahju>bun li al-muslim” (islam itu tertutupi oleh orang islam sendiri). Masa kemunduran (1250-1500 M) terkait dengan bangsa Mongol dan dinasti Ilkhan, serangan Timur lenk dan dinasti Mamalik di Mesir.
4. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah adanya factor internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap merosotnya ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada masa Abbasiyah.





Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...